STORY OF TAQIYAH
لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ
Penipuan Sebagai Bagian Dari Perang dan Untuk Menghindari Masalah
Muslim percaya bahwa perang berarti penipuan, jadi kebohongan adalah elemen penting dalam perang di dalam Islam. Dalam bab ini kita akan melihat keadaan khusus dimana muslim diizinkan untuk berbohong.
Berbohong Pada Non-muslim Ketika Hidup di Negara Non-muslim
Filsuf Ibn Taymina (1263-1328) menulis buku berjudul The Sword on the Neck of the Accuser Muhammad (Pedang Pada Leher Pendakwa Muhammad).
Di dalamnya ia menggambarkan bagaimana muslim harus hidup ketika berada di tahap lemah.
Ketika orang-orang beriman hidup dalam tahap lemah di negara non-Muslim, ia harus mengampuni dan sabar terhadap ahli kitab (yaitu orang Yahudi dan Kristen) jika mereka menghina Allah dan nabiNya dengan niat apapun. Orang-orang beriman harus berbohong pada ahli kitab demi untuk melindungi hidup dan agama mereka.
Dengan kata lain, OKE-OKE SAJA untuk berbohong pada non-muslim demi untuk melindungi diri anda sendiri ketika anda merupakan minoritas di negara mereka.
Ada pepatah sederhana Islami yang berkata,
“Jika kamu tidak bisa memotong tangan musuhmu, cium tangan itu.”
Praktek semacam ini jelas ada dalam hidup nabi Muhammad dan pengajarannya di Mekah dan juga setelahnya. Domba yang damai dari Mekah, setelah bermigrasi ke Madinah… menjadi singa mengaum yang mengancam seluruh gurun Arab.
Di sisi lainnya, mereka yang mempraktekkan Islam di Amerika Serikat, Kanada, Eropa, Australia dan Afrika Selatan berada dalam tahap lemah.
Muslim-muslim ini sangat baik dalam menunjukkan diri mereka sebagai orang yang penuh kasih, peduli, dan pemaaf. Mereka berkompromi pada setiap konflik antara apa yang mereka tampilkan dengan apa yang sungguh dipercayai mereka.
Mereka hidup damai dengan orang Kristen dan Yahudi seperti saudara.
Mereka menyajikan Islam sebagai jawaban pada semua masalah kemanusiaan pada negara-negara ini. Para Muslim di barat ini menyajikan agama mereka sebagai pembela kebebasan, penuh pengampunan, kesetaraan dan rekonsiliasi. Mereka menggambarkan Islam sebagai agama yang tidak menunjukkan prasangka pada setiap ras atau budaya.
Berbohong Tentang Perjanjian Damai
Kelompok Muslim akan menggunakan negosiasi damai atau perjanjian damai untuk mendapatkan waktu sehingga mereka dapat membuat rencana baru, bersiap dan memposisikan mereka untuk kemenangan. Pemimpin militer Muslim akan mengatakan apa saja yang ingin didengar pihak lain demi untuk mengulur waktu, tapi ketika tiba waktunya untuk melaksanakan apa yang disepakati, anda akan melihat cerita yang berbeda.
Sejarah modern kita menjadi saksi bagaimana banyak perjanjian damai ini tidak menghasilkan apa-apa. Contoh yang terlintas adalah seperti semua kesepakatan antara kelompok Muslim di Libanon Selatan, Hizbullah dan organisasi Amal.
Contoh tepat lainnya adalah pembicaraan damai selama sembilan tahun antara Iran dan Irak, yang hasilnya hanya perang hebat.
Yang terjadi di Mesir selama perang antara pemerintah dan kelompok Islam (al-Gamma’a al Islamiyya). Pemimpin dari kelompok Islam menyatakan bahwa mereka telah menghentikan sikap bermusuhan dan siap untuk bertemu di meja perundingan.
Ini tak lain adalah untuk mengulur waktu untuk menyusun rencana kembali dan menyerang pemerintah lebih dari sebelumnya.Kelompok Islam menggunakan kebohongan dan trik dari apa yang mereka pahami dari Al-Quran, juga sejarah dan pengajaran kehidupan nabi Muhammad.
Banyak orang mungkin tidak setuju dengan cara kami dalam menggambarkan Islam; namun, fakta-fakta ini sangat jelas dalam hukum Islam.
Mari lihat bagaimana Muhammad melakukan kebohongan, sebagaimana tindakannya merupakan bagian dari hukum Islam.
Menyangkal Iman Islam
Pertama kali nabi Muhammad mengizinkan Muslim menyangkal Islam atau menyangkal dirinya sebagai nabi adalah terhadap Amar bin Yasser.
Yasser, adalah salah satu sahabat Muhammad, ia ditangkap dan disandera oleh suku Quraish.
Suku itu menyiksa Yasser, jadi ia menyangkal Muhammad dan Islam untuk mendapatkan kebebasan.
Segera setelah mereka membebaskannya, dia kembali kepada Muhammad dan mengakui apa yang telah terjadi. Nabi Muhammad mengatakan pada Yasser bahwa jika itu terjadi lagi padanya ia harus melakukan hal yang sama persis tanpa perlu malu.
Pada waktu yang lain, nabi Muhammad mendengar salah satu musuhnya (Sha’ban Bin Khalid Al-Hindi) menyiapkan pasukannya untuk memerangi Muslim.
Muhammad mengirim Abdullah bin Anis Aljohani untuk membunuh musuh ini.
Aljohani bertanya pada nabi Muhammad untuk menggambarkan pria yang harus ia bunuh. Muhammad berkata padanya untuk pergi dan bergabung dengan pasukan musuh, lalu mengutuki Islam dan Muhammad, maka dia akan menemukan Al-Hindi dengan cara itu.
Suruhan nabi Muhammad itu tiba di perkemahan musuh. Saat ia mengetahui pimpinan pasukan musuh itu, ia segera memulai percakapan dan mengutuki Muhammad dan orang-orangnya.
Singkat cerita, Aljohani mampu membangun komunikasi yang cukup dekat dengan korbannya sehingga dapat memotong kepalanya saat dia tidur. Kemudian ia membawa kepala itu kepada nabi Muhammad.Kita lihat disini bahwa suruhan nabi Muhammad menggunakan kebohongan–penyangkalan iman dan mengutuki nabi Muhammad – demi mencapai misinya.
Muslim Membohongi Muslim Lainnya
Pada saat perang, Muslim akan berbohong pada sesama Muslim jika diperlukan.
Ini menjelaskan kejadian antara presiden Irak Saddam Hussein dan presiden Mesir Hosni Mubarak. Mubarak mengunjungi Hussein di Baghdad di hari sebelum Irak menginvasi Kuwait. Hussein berjanji pada Mubarak bahwa ia tidak akan menyerang Kuwait. Namun bahkan sebelum Mubarak tiba di Kairo, ia mendengar invasi telah berlangsung.
Hussein berbohong pada sesama Muslim, dan dia bahkan tidak memegang kata-katanya selama 24 jam. Ini membuat presiden Mesir sangat marah.
Kepercayaan Umum Mengenai Kebohongan
Seperti yang dapat anda lihat, Islam membenarkan dan mempraktekkan kebohongan di dalam keadaan perang. Perilaku umum mengenai kebohongan dapat diilustrasikan dalam sebuah cerita tentang salah satu istri favorit Muhammad, Aisyah.
Berbohong Itu Baik Jika Itu Dapat Menjauhkan Kejahatan
Abi Hamid Al Gahazali (pendiri Sufisme) menyatakan:
Ketahuilah bahwa berbohong itu tidak berdosa dengan sendirinya, tetapi jika itu membawa kerugian padamu itu dapat menjadi buruk. Namun kamu boleh berbohong jika itu akan menjauhkan kamu dari kejahatan atau itu menghasilkan kesejahteraan.
Kita tahu dari sejarah Islam dan autobiografi nabi Muhammad bahwa kecemburuan besar terjadi antara dua istri Muhammad, yaitu Aisyah dan Zaenab.
Saudari Zaenab memulai rumor yang menyatakan Aisyah memiliki perselingkuhan dengan pria lain. Motivasinya adalah untuk menolong saudarinya karena hukuman untuk perzinahan dalam Islam adalah dilempari batu (Surah 24:2).
Aisyah menyangkal bahwa dirinya memiliki hubungan gelap, walau masyarakat yang mengetahui situasi itu, termasuk sahabat dekat Muhammad, yakin bahwa ia telah melakukannya.Kebohongannya dapat diterima karena kebohongan itu dapat menghindarkan diri dari pelemparan batu.
Ringkasan
Seperti yang anda lihat, kebohongan dan penipuan adalah bagian dari pola pikir Islami.
Fakta ini sulit diterima oleh pola pikir barat. Konsep lain yang sulit diterima oleh pola pikir barat adalah fakta bahwa masjid adalah tidak hanya untuk aktifitas religius.
Masjid digunakan untuk mendukung jihad, yang bahkan menjadi bukti selama pengeboman Amerika Serikat di Afganistan.
.....................
لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ
Penipuan Sebagai Bagian Dari Perang dan Untuk Menghindari Masalah
Muslim percaya bahwa perang berarti penipuan, jadi kebohongan adalah elemen penting dalam perang di dalam Islam. Dalam bab ini kita akan melihat keadaan khusus dimana muslim diizinkan untuk berbohong.
Berbohong Pada Non-muslim Ketika Hidup di Negara Non-muslim
Filsuf Ibn Taymina (1263-1328) menulis buku berjudul The Sword on the Neck of the Accuser Muhammad (Pedang Pada Leher Pendakwa Muhammad).
Di dalamnya ia menggambarkan bagaimana muslim harus hidup ketika berada di tahap lemah.
Ketika orang-orang beriman hidup dalam tahap lemah di negara non-Muslim, ia harus mengampuni dan sabar terhadap ahli kitab (yaitu orang Yahudi dan Kristen) jika mereka menghina Allah dan nabiNya dengan niat apapun. Orang-orang beriman harus berbohong pada ahli kitab demi untuk melindungi hidup dan agama mereka.
Dengan kata lain, OKE-OKE SAJA untuk berbohong pada non-muslim demi untuk melindungi diri anda sendiri ketika anda merupakan minoritas di negara mereka.
Ada pepatah sederhana Islami yang berkata,
“Jika kamu tidak bisa memotong tangan musuhmu, cium tangan itu.”
Praktek semacam ini jelas ada dalam hidup nabi Muhammad dan pengajarannya di Mekah dan juga setelahnya. Domba yang damai dari Mekah, setelah bermigrasi ke Madinah… menjadi singa mengaum yang mengancam seluruh gurun Arab.
Di sisi lainnya, mereka yang mempraktekkan Islam di Amerika Serikat, Kanada, Eropa, Australia dan Afrika Selatan berada dalam tahap lemah.
Muslim-muslim ini sangat baik dalam menunjukkan diri mereka sebagai orang yang penuh kasih, peduli, dan pemaaf. Mereka berkompromi pada setiap konflik antara apa yang mereka tampilkan dengan apa yang sungguh dipercayai mereka.
Mereka hidup damai dengan orang Kristen dan Yahudi seperti saudara.
Mereka menyajikan Islam sebagai jawaban pada semua masalah kemanusiaan pada negara-negara ini. Para Muslim di barat ini menyajikan agama mereka sebagai pembela kebebasan, penuh pengampunan, kesetaraan dan rekonsiliasi. Mereka menggambarkan Islam sebagai agama yang tidak menunjukkan prasangka pada setiap ras atau budaya.
Berbohong Tentang Perjanjian Damai
Kelompok Muslim akan menggunakan negosiasi damai atau perjanjian damai untuk mendapatkan waktu sehingga mereka dapat membuat rencana baru, bersiap dan memposisikan mereka untuk kemenangan. Pemimpin militer Muslim akan mengatakan apa saja yang ingin didengar pihak lain demi untuk mengulur waktu, tapi ketika tiba waktunya untuk melaksanakan apa yang disepakati, anda akan melihat cerita yang berbeda.
Sejarah modern kita menjadi saksi bagaimana banyak perjanjian damai ini tidak menghasilkan apa-apa. Contoh yang terlintas adalah seperti semua kesepakatan antara kelompok Muslim di Libanon Selatan, Hizbullah dan organisasi Amal.
Contoh tepat lainnya adalah pembicaraan damai selama sembilan tahun antara Iran dan Irak, yang hasilnya hanya perang hebat.
Yang terjadi di Mesir selama perang antara pemerintah dan kelompok Islam (al-Gamma’a al Islamiyya). Pemimpin dari kelompok Islam menyatakan bahwa mereka telah menghentikan sikap bermusuhan dan siap untuk bertemu di meja perundingan.
Ini tak lain adalah untuk mengulur waktu untuk menyusun rencana kembali dan menyerang pemerintah lebih dari sebelumnya.Kelompok Islam menggunakan kebohongan dan trik dari apa yang mereka pahami dari Al-Quran, juga sejarah dan pengajaran kehidupan nabi Muhammad.
Banyak orang mungkin tidak setuju dengan cara kami dalam menggambarkan Islam; namun, fakta-fakta ini sangat jelas dalam hukum Islam.
Mari lihat bagaimana Muhammad melakukan kebohongan, sebagaimana tindakannya merupakan bagian dari hukum Islam.
Menyangkal Iman Islam
Pertama kali nabi Muhammad mengizinkan Muslim menyangkal Islam atau menyangkal dirinya sebagai nabi adalah terhadap Amar bin Yasser.
Yasser, adalah salah satu sahabat Muhammad, ia ditangkap dan disandera oleh suku Quraish.
Suku itu menyiksa Yasser, jadi ia menyangkal Muhammad dan Islam untuk mendapatkan kebebasan.
Segera setelah mereka membebaskannya, dia kembali kepada Muhammad dan mengakui apa yang telah terjadi. Nabi Muhammad mengatakan pada Yasser bahwa jika itu terjadi lagi padanya ia harus melakukan hal yang sama persis tanpa perlu malu.
Pada waktu yang lain, nabi Muhammad mendengar salah satu musuhnya (Sha’ban Bin Khalid Al-Hindi) menyiapkan pasukannya untuk memerangi Muslim.
Muhammad mengirim Abdullah bin Anis Aljohani untuk membunuh musuh ini.
Aljohani bertanya pada nabi Muhammad untuk menggambarkan pria yang harus ia bunuh. Muhammad berkata padanya untuk pergi dan bergabung dengan pasukan musuh, lalu mengutuki Islam dan Muhammad, maka dia akan menemukan Al-Hindi dengan cara itu.
Suruhan nabi Muhammad itu tiba di perkemahan musuh. Saat ia mengetahui pimpinan pasukan musuh itu, ia segera memulai percakapan dan mengutuki Muhammad dan orang-orangnya.
Singkat cerita, Aljohani mampu membangun komunikasi yang cukup dekat dengan korbannya sehingga dapat memotong kepalanya saat dia tidur. Kemudian ia membawa kepala itu kepada nabi Muhammad.Kita lihat disini bahwa suruhan nabi Muhammad menggunakan kebohongan–penyangkalan iman dan mengutuki nabi Muhammad – demi mencapai misinya.
Muslim Membohongi Muslim Lainnya
Pada saat perang, Muslim akan berbohong pada sesama Muslim jika diperlukan.
Ini menjelaskan kejadian antara presiden Irak Saddam Hussein dan presiden Mesir Hosni Mubarak. Mubarak mengunjungi Hussein di Baghdad di hari sebelum Irak menginvasi Kuwait. Hussein berjanji pada Mubarak bahwa ia tidak akan menyerang Kuwait. Namun bahkan sebelum Mubarak tiba di Kairo, ia mendengar invasi telah berlangsung.
Hussein berbohong pada sesama Muslim, dan dia bahkan tidak memegang kata-katanya selama 24 jam. Ini membuat presiden Mesir sangat marah.
Kepercayaan Umum Mengenai Kebohongan
Seperti yang dapat anda lihat, Islam membenarkan dan mempraktekkan kebohongan di dalam keadaan perang. Perilaku umum mengenai kebohongan dapat diilustrasikan dalam sebuah cerita tentang salah satu istri favorit Muhammad, Aisyah.
Berbohong Itu Baik Jika Itu Dapat Menjauhkan Kejahatan
Abi Hamid Al Gahazali (pendiri Sufisme) menyatakan:
Ketahuilah bahwa berbohong itu tidak berdosa dengan sendirinya, tetapi jika itu membawa kerugian padamu itu dapat menjadi buruk. Namun kamu boleh berbohong jika itu akan menjauhkan kamu dari kejahatan atau itu menghasilkan kesejahteraan.
Kita tahu dari sejarah Islam dan autobiografi nabi Muhammad bahwa kecemburuan besar terjadi antara dua istri Muhammad, yaitu Aisyah dan Zaenab.
Saudari Zaenab memulai rumor yang menyatakan Aisyah memiliki perselingkuhan dengan pria lain. Motivasinya adalah untuk menolong saudarinya karena hukuman untuk perzinahan dalam Islam adalah dilempari batu (Surah 24:2).
Aisyah menyangkal bahwa dirinya memiliki hubungan gelap, walau masyarakat yang mengetahui situasi itu, termasuk sahabat dekat Muhammad, yakin bahwa ia telah melakukannya.Kebohongannya dapat diterima karena kebohongan itu dapat menghindarkan diri dari pelemparan batu.
Ringkasan
Seperti yang anda lihat, kebohongan dan penipuan adalah bagian dari pola pikir Islami.
Fakta ini sulit diterima oleh pola pikir barat. Konsep lain yang sulit diterima oleh pola pikir barat adalah fakta bahwa masjid adalah tidak hanya untuk aktifitas religius.
Masjid digunakan untuk mendukung jihad, yang bahkan menjadi bukti selama pengeboman Amerika Serikat di Afganistan.
.....................
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
___________________________
________ ________
________ ________
"Semoga Para Pemuda Bangsa Setanah Air ku. Dapat Segera Melihat Kebenaran Ini"
Support By :
0 comments:
Post a Comment