SEKILAS MENGENAI SHOLAT DAN KIBLAT
Ritualisme Ibadah Sholat
Mendirikan sholat adalah rukun Islam kedua yg harus dijalani oleh setiap Muslim.
Sholat adalah cara sembahyang agama bangsa Arab yang pada waktu melakukannya yaitu ruku dan sujud harus menghadap ke Ka’bah di Mekkah.
Tata cara sembahyang agama bangsa Arab ini diambil dan ditirukan dari tata ibadah agama Kristen.
Tata cara sembahyang ini oleh agama Kristen telah dilakukan sejak zaman para rasul yaitu pada abad pertama tahun Masehi sampai sekarang ini.
Arah kiblat dari sembahyang agama Kristen ini adalah arah ke timur dan dilakukan dalam dua versi.
Versi yang pertama adalah versi nabi Daniel di mana jumlah melakukan sholat per harinya adalah tiga kali sehari.
Versi yang kedua adalah versi nabi Daud di mana jumlah melakukan sholat per harinya adalah tujuh kali sehari.
Pada zaman sekarang tata cara sholat ini hanya dilakukan oleh jemaat gereja Kristen Orthodox yang telah melakukannya sejak abad pertama tahun Masehi hingga sekarang ini.
Dengan demikian rukun Islam yang kedua ini mengandung unsur-unsur peniruan terhadap ritual beribadah agama Kristen.
Pada mulanya kiblat sholat adalah Baitul Maqdis di Yerusalem, tetapi setelah Muhammad merasa kedudukannya makin kuat dan atas pertimbangan politis maka arah kiblat dipindahkan dari arah ke Baitul Maqdis di Yerusalem menjadi ke arah yang baru yaitu arah Masjidil Haram di Mekkah sebagaimana yang disebutkan dalam
surat Al-Baqarah ayat 142 dan Hadits Shahih Bukhari no. 240:
Orang-orang yang b odoh di antara manusia akan berkata: “Apakah gerangan (sebabnya) mereka (orang Islam) beralih dari kiblat mereka semula (dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram?) Katakanlah: Timur dan Barat kepunyaan Allah. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya ke jalan yang lurus. (QS 2:142)
Dari surat Al-Baqarah ayat 142 itu timbul pertanyaan, “Mengapa sholat agama bangsa Arab harus menghadap ke arah Ka’bah di Mekkah?”
Karena Ka’bah adalah tempat tinggal Allah, yaitu rumah Allah sebagaimana yang disebut dalam Surat Al Hajj (QS 2) ayat 26:
“Dan (ingatlah) ketika Kami tempatkan Ibrahim pada tempa Baitullah (dengan firman): Janganlah engkau menyekutukan Aku dengan sesuatu, dan sucikanlah rumahKu (Ka’bah) untuk orang-orang yang tinggal (itikaf) dan orang-orang yang ruku dan sujud (sholat)”. (QS 22:26)
Pada awalnya Ka’bah di Mekkah ini adalah lokasi pusat penyembahan 360 patung-patung berhala (Hadits Shahih Bukhari no. 1187).
Tetapi sejak Muhammad menyiarkan agama Islam yang merubah agama bangsa Arab dari agama yang menyembah banyak Tuhan dengan 360 patung-patung berhala (politeisme) menjadi agama yang hanya menyembah satu Tuhan saja, maka seluruh patung-patung berhala disingkirkan, kecuali ditinggalkan hanya sebuah patung berhala yaitu batu hitam Hajar Aswad yang diletakkan di sudut Ka’bah.
Pada waktu penataan kembali Ka’bah (akibat banjir) dan penentuan di mana Hajar Aswad akan ditempatkan kembali, maka timbul perselisihan di antara pemuka-pemuka suku Quraisy, karena masing-masing pemuka suku merasa berhak untuk menentukan di mana tempat Hajar Aswad ditempatkan kembali. Akhirnya disepakati oleh mereka bahwa yang akan menjadi hakim dalam penempatan kembali batu hitam Hajar Aswad adalah orang yang pertama datang ke Ka’bah.
Ternyata orang yang datang pertama adalah Muhammad (waktu itu Muhammad berusia lebih kurang 35 tahun dan belum menjadi nabi) dan semua pemuka Quraisy menyetujui bahwa Muhammad-lah yang akan menentukan lokasi di mana Hajar Aswad akan diletakkan.
Agar semua pemuka-pemuka suku Quraisy terlibat dalam penentuan tempat Hajar Aswad tersebut, maka Muhammad mengambil sehelai kain lalu dihamparkannya dan Hajar Aswad diletakkan di tengah-tengah kain tersebut.
Kemudian Muhammad menyuruh agar setiap pemuka suku Quraisy bersama-sama mengangkat tepi kain tersebut ke tempat asal Hajar Aswad ditempatkan. Ketika sampai ke tempatnya, maka Muhammad meletakkan batu hitam Hajar Aswad tersebut dengan tangannya sendiri ke tempatnya. Dengan demikian selesailah persengketaan antara pemuka-pemuka Quraisy. Dan oleh peristiwa itu Muhammad diberi gelar Al-Amin, yaitu yang dipercaya.
Dengan begitu dari riwayat tersebut, Hajar Aswad inilah yang didewakan serta disembah dan diletakkan di Ka’bah sebagai tempat tinggal atau rumahnya Allah, dan setiap pengikut agama bangsa Arab yang melakukan sholat haruslah menghadap ke arah Ka’bah di mana Hajar Aswad tersebut ada.
___________________________
"Semoga Para Pemuda Bangsa Setanah Air ku. Dapat Segera Melihat Kebenaran Ini"
Ritualisme Ibadah Sholat
Mendirikan sholat adalah rukun Islam kedua yg harus dijalani oleh setiap Muslim.
Sholat adalah cara sembahyang agama bangsa Arab yang pada waktu melakukannya yaitu ruku dan sujud harus menghadap ke Ka’bah di Mekkah.
Tata cara sembahyang agama bangsa Arab ini diambil dan ditirukan dari tata ibadah agama Kristen.
Tata cara sembahyang ini oleh agama Kristen telah dilakukan sejak zaman para rasul yaitu pada abad pertama tahun Masehi sampai sekarang ini.
Arah kiblat dari sembahyang agama Kristen ini adalah arah ke timur dan dilakukan dalam dua versi.
Versi yang pertama adalah versi nabi Daniel di mana jumlah melakukan sholat per harinya adalah tiga kali sehari.
Versi yang kedua adalah versi nabi Daud di mana jumlah melakukan sholat per harinya adalah tujuh kali sehari.
Pada zaman sekarang tata cara sholat ini hanya dilakukan oleh jemaat gereja Kristen Orthodox yang telah melakukannya sejak abad pertama tahun Masehi hingga sekarang ini.
Dengan demikian rukun Islam yang kedua ini mengandung unsur-unsur peniruan terhadap ritual beribadah agama Kristen.
Pada mulanya kiblat sholat adalah Baitul Maqdis di Yerusalem, tetapi setelah Muhammad merasa kedudukannya makin kuat dan atas pertimbangan politis maka arah kiblat dipindahkan dari arah ke Baitul Maqdis di Yerusalem menjadi ke arah yang baru yaitu arah Masjidil Haram di Mekkah sebagaimana yang disebutkan dalam
surat Al-Baqarah ayat 142 dan Hadits Shahih Bukhari no. 240:
Orang-orang yang b odoh di antara manusia akan berkata: “Apakah gerangan (sebabnya) mereka (orang Islam) beralih dari kiblat mereka semula (dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram?) Katakanlah: Timur dan Barat kepunyaan Allah. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya ke jalan yang lurus. (QS 2:142)
Dari surat Al-Baqarah ayat 142 itu timbul pertanyaan, “Mengapa sholat agama bangsa Arab harus menghadap ke arah Ka’bah di Mekkah?”
Karena Ka’bah adalah tempat tinggal Allah, yaitu rumah Allah sebagaimana yang disebut dalam Surat Al Hajj (QS 2) ayat 26:
“Dan (ingatlah) ketika Kami tempatkan Ibrahim pada tempa Baitullah (dengan firman): Janganlah engkau menyekutukan Aku dengan sesuatu, dan sucikanlah rumahKu (Ka’bah) untuk orang-orang yang tinggal (itikaf) dan orang-orang yang ruku dan sujud (sholat)”. (QS 22:26)
Pada awalnya Ka’bah di Mekkah ini adalah lokasi pusat penyembahan 360 patung-patung berhala (Hadits Shahih Bukhari no. 1187).
Tetapi sejak Muhammad menyiarkan agama Islam yang merubah agama bangsa Arab dari agama yang menyembah banyak Tuhan dengan 360 patung-patung berhala (politeisme) menjadi agama yang hanya menyembah satu Tuhan saja, maka seluruh patung-patung berhala disingkirkan, kecuali ditinggalkan hanya sebuah patung berhala yaitu batu hitam Hajar Aswad yang diletakkan di sudut Ka’bah.
Pada waktu penataan kembali Ka’bah (akibat banjir) dan penentuan di mana Hajar Aswad akan ditempatkan kembali, maka timbul perselisihan di antara pemuka-pemuka suku Quraisy, karena masing-masing pemuka suku merasa berhak untuk menentukan di mana tempat Hajar Aswad ditempatkan kembali. Akhirnya disepakati oleh mereka bahwa yang akan menjadi hakim dalam penempatan kembali batu hitam Hajar Aswad adalah orang yang pertama datang ke Ka’bah.
Ternyata orang yang datang pertama adalah Muhammad (waktu itu Muhammad berusia lebih kurang 35 tahun dan belum menjadi nabi) dan semua pemuka Quraisy menyetujui bahwa Muhammad-lah yang akan menentukan lokasi di mana Hajar Aswad akan diletakkan.
Agar semua pemuka-pemuka suku Quraisy terlibat dalam penentuan tempat Hajar Aswad tersebut, maka Muhammad mengambil sehelai kain lalu dihamparkannya dan Hajar Aswad diletakkan di tengah-tengah kain tersebut.
Kemudian Muhammad menyuruh agar setiap pemuka suku Quraisy bersama-sama mengangkat tepi kain tersebut ke tempat asal Hajar Aswad ditempatkan. Ketika sampai ke tempatnya, maka Muhammad meletakkan batu hitam Hajar Aswad tersebut dengan tangannya sendiri ke tempatnya. Dengan demikian selesailah persengketaan antara pemuka-pemuka Quraisy. Dan oleh peristiwa itu Muhammad diberi gelar Al-Amin, yaitu yang dipercaya.
Dengan begitu dari riwayat tersebut, Hajar Aswad inilah yang didewakan serta disembah dan diletakkan di Ka’bah sebagai tempat tinggal atau rumahnya Allah, dan setiap pengikut agama bangsa Arab yang melakukan sholat haruslah menghadap ke arah Ka’bah di mana Hajar Aswad tersebut ada.
___________________________
"Semoga Para Pemuda Bangsa Setanah Air ku. Dapat Segera Melihat Kebenaran Ini"
0 comments:
Post a Comment