AJARAN KETIDAKJUJURAN YANG DIHALALKAN
Asal mula konsep taQiyya ,
berasal dari quran 3/28Al Qur’an Surat Ali Imran ayat 28, yang mengatakan:
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin.Barangsiapa berbuat demikian,niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka.”
‘Taqiyya : Kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka’
Artinya Anda seharusnya tidak berserah kepada siapapun kecuali Anda melakukannya dengan pura- pura .
Ibn Kathir memberikan komentar akan hal ini, dengan mengatakan:
“Taqiyya adalah ketika Anda merasa takut, di beberapa hal atau waktu terhadap penguasa jahat, maka Anda diperkenankan untuk menunjukkan persahabatan Anda di permukaan.
Tetapi jangan pernah di dalam hati.”
Bukhari berkata, dengan pernyataan dari Abi Darda’, bahwa ia berkata,
“Kita dapat tersenyum di depan muka orang yang kita kutuk dalam hati.”
Ketika memberikan komentar mengenai taqiyya,
Tabari berkata:
“Jika seseorang dipaksa untuk menyatakan suatu ketidaktaatan (menyangkal) kepada Allah, maka biarlah ia menyangkalnya dari ketakutannya.”
Jadi ,jika Anda takut,Anda dapat berbicara dengan menyangkali Allah – itulah taqiyya.
Secara umum artinya takut, tetapi ada takut akan Allah dan takut akan manusia.
Dalam hal ini, pengertiannya adalah berbohong karena takut akan manusia diperbolehkan.
Dan bentuk berbohong lainnya juga diperbolehkan dalam Islam.
Di Sahih Bukhari, Hadis 2495, dikatakan:
“Um Kulthum bint Uqba Menuturkan , bahwa ia mendengar rasul Allah berkata, ‘Ia yang membawa perdamaian diantara orang-orang dengan mengarang-ngarang informasi atau mengatakan hal-hal yang baik, bukan seorang pem-bohong."
Jika ia mendamaikan orang-orang dan berbohong untuk mendamaikan mereka, maka ia tidak dianggap sebagai seorang pembohong.
Ini sebuah contoh.
Jika seseorang mengutuk orang lainnya, ia memberitahu kepadanya bahwa ia memujinya dan ia senang kepadanya, sehingga mereka berdamai.
Telah disebutkan dalam kitab Bukhari, Hadis 2495, dikatakan:
“Ya’koub Ibn Saad Menuturkan, dengan pernyataan dari ayahnya, berkata, ‘Aku belum pernah mendengar sang Rasul mengecualikan orang dari berkata jujur, kecuali dalam tiga kasus; ketika di pertempuran, ketika seseorang berbicara kepada istrinya,dan ketika mendamaikan orang.’”
Sang Rasul memperbolehkan berbohong dalam ketiga kasus ini.
Contohnya, jika seorang perempuan bertanya kepada suaminya kemana ia telah pergi, ia tidak perlu mengatakan hal yang sebenarnya kepada istrinya.
Ia dapat berkata ia bersama dengan seorang teman.
Ini bukan sebuah kebohongan.
Jika ia mengatakan hal yang tidak benar kepada istrinya, itu bukan berbohong, inilah yang Hadis katakan.
Bukankah ini mengerikan!
Kasus yang ketiga dalam peperangan, begitu juga antara seorang laki-laki dan istrinya, serta saat mendamaikan orang.
Ada sebuah buku dalam Hadis berjudul ‘Peperangan adalah Penipuan’.
Dalam Shahih Bukhari, buku 56, bab 157, Hadis 3030, dikatakan:
“Jabir bin ‘Abdullah Menuturkan, sang Rasul berkata, ‘Peperangan adalah penipuan.’”
Ibn Hajar Al Asqalani memberikan komentar atas Hadis ini dalam ‘Fath al-Bari’.
Ia berkata, “Peperangan adalah kelicikan dan penipuan.
Penipuan adalah menyatakan sesuatu dan menutupinya dengan hal yang berbeda.”
Jadi, dalam peperangan diperbolehkan untuk menipu dan berbohong!
Meski dalam ajaran kristiani Isa Al-Masih berkata,
“Hendaklah kamu katakan ‘ya’ jika ya, dan ‘tidak’ jika memang tidak.
Selebihnya dari itu berasal dari si jahat.”
Ini ada di Kitab Injil Matius, pasal 5, ayat 37.
Dalam surat kepada jemaah di Kolose pasal 3, ayat 9, dikatakan,
“Janganlah berbohong seorang terhadap yang lain.” Jangan berbohong!
Di Kitab Wahyu pasal 21, ayat 8, ada sesuatu yang amat sangat serius.
Dikatakan, “semua pembohong…” Apapun kebohongannya, apakah bohong untuk maksud baik atau tidak,tidak ada perbedaan.
“Semua pembohong (pendusta), mereka semua akan dimasukkan ke dalam lautan api dan belerang yang menyala-nyala.”
Keburukan tetaplah sebuah keburukan,tak peduli meski itu menguntungkan !!
Dosa tetaplah dosa ,meski itu menghasilkan yang lebih baik,dikarenakan adakalanya tujuan sudah benar tetapi salah penerapannya,semisal pencuri yg membagikan hasil curiannya kepada orang orang yang membutuhkan,mencuri tetaplah namanya mencuri ,meski itu demi tujuan yang baik dan mulia. .tujuan sudah benar tetapi langkahnya masih salah !!!
Asal mula konsep taQiyya ,
berasal dari quran 3/28Al Qur’an Surat Ali Imran ayat 28, yang mengatakan:
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin.Barangsiapa berbuat demikian,niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka.”
‘Taqiyya : Kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka’
Artinya Anda seharusnya tidak berserah kepada siapapun kecuali Anda melakukannya dengan pura- pura .
Ibn Kathir memberikan komentar akan hal ini, dengan mengatakan:
“Taqiyya adalah ketika Anda merasa takut, di beberapa hal atau waktu terhadap penguasa jahat, maka Anda diperkenankan untuk menunjukkan persahabatan Anda di permukaan.
Tetapi jangan pernah di dalam hati.”
Bukhari berkata, dengan pernyataan dari Abi Darda’, bahwa ia berkata,
“Kita dapat tersenyum di depan muka orang yang kita kutuk dalam hati.”
Ketika memberikan komentar mengenai taqiyya,
Tabari berkata:
“Jika seseorang dipaksa untuk menyatakan suatu ketidaktaatan (menyangkal) kepada Allah, maka biarlah ia menyangkalnya dari ketakutannya.”
Jadi ,jika Anda takut,Anda dapat berbicara dengan menyangkali Allah – itulah taqiyya.
Secara umum artinya takut, tetapi ada takut akan Allah dan takut akan manusia.
Dalam hal ini, pengertiannya adalah berbohong karena takut akan manusia diperbolehkan.
Dan bentuk berbohong lainnya juga diperbolehkan dalam Islam.
Di Sahih Bukhari, Hadis 2495, dikatakan:
“Um Kulthum bint Uqba Menuturkan , bahwa ia mendengar rasul Allah berkata, ‘Ia yang membawa perdamaian diantara orang-orang dengan mengarang-ngarang informasi atau mengatakan hal-hal yang baik, bukan seorang pem-bohong."
Jika ia mendamaikan orang-orang dan berbohong untuk mendamaikan mereka, maka ia tidak dianggap sebagai seorang pembohong.
Ini sebuah contoh.
Jika seseorang mengutuk orang lainnya, ia memberitahu kepadanya bahwa ia memujinya dan ia senang kepadanya, sehingga mereka berdamai.
Telah disebutkan dalam kitab Bukhari, Hadis 2495, dikatakan:
“Ya’koub Ibn Saad Menuturkan, dengan pernyataan dari ayahnya, berkata, ‘Aku belum pernah mendengar sang Rasul mengecualikan orang dari berkata jujur, kecuali dalam tiga kasus; ketika di pertempuran, ketika seseorang berbicara kepada istrinya,dan ketika mendamaikan orang.’”
Sang Rasul memperbolehkan berbohong dalam ketiga kasus ini.
Contohnya, jika seorang perempuan bertanya kepada suaminya kemana ia telah pergi, ia tidak perlu mengatakan hal yang sebenarnya kepada istrinya.
Ia dapat berkata ia bersama dengan seorang teman.
Ini bukan sebuah kebohongan.
Jika ia mengatakan hal yang tidak benar kepada istrinya, itu bukan berbohong, inilah yang Hadis katakan.
Bukankah ini mengerikan!
Kasus yang ketiga dalam peperangan, begitu juga antara seorang laki-laki dan istrinya, serta saat mendamaikan orang.
Ada sebuah buku dalam Hadis berjudul ‘Peperangan adalah Penipuan’.
Dalam Shahih Bukhari, buku 56, bab 157, Hadis 3030, dikatakan:
“Jabir bin ‘Abdullah Menuturkan, sang Rasul berkata, ‘Peperangan adalah penipuan.’”
Ibn Hajar Al Asqalani memberikan komentar atas Hadis ini dalam ‘Fath al-Bari’.
Ia berkata, “Peperangan adalah kelicikan dan penipuan.
Penipuan adalah menyatakan sesuatu dan menutupinya dengan hal yang berbeda.”
Jadi, dalam peperangan diperbolehkan untuk menipu dan berbohong!
Meski dalam ajaran kristiani Isa Al-Masih berkata,
“Hendaklah kamu katakan ‘ya’ jika ya, dan ‘tidak’ jika memang tidak.
Selebihnya dari itu berasal dari si jahat.”
Ini ada di Kitab Injil Matius, pasal 5, ayat 37.
Dalam surat kepada jemaah di Kolose pasal 3, ayat 9, dikatakan,
“Janganlah berbohong seorang terhadap yang lain.” Jangan berbohong!
Di Kitab Wahyu pasal 21, ayat 8, ada sesuatu yang amat sangat serius.
Dikatakan, “semua pembohong…” Apapun kebohongannya, apakah bohong untuk maksud baik atau tidak,tidak ada perbedaan.
“Semua pembohong (pendusta), mereka semua akan dimasukkan ke dalam lautan api dan belerang yang menyala-nyala.”
Keburukan tetaplah sebuah keburukan,tak peduli meski itu menguntungkan !!
Dosa tetaplah dosa ,meski itu menghasilkan yang lebih baik,dikarenakan adakalanya tujuan sudah benar tetapi salah penerapannya,semisal pencuri yg membagikan hasil curiannya kepada orang orang yang membutuhkan,mencuri tetaplah namanya mencuri ,meski itu demi tujuan yang baik dan mulia. .tujuan sudah benar tetapi langkahnya masih salah !!!
___________________________
"Semoga Para Pemuda Bangsa Setanah Air ku. Dapat Segera Melihat Kebenaran Ini"
Support By :
0 comments:
Post a Comment