KOSMOLOGI QURAN SALAH
Prediksi Kosmology Quran salah
Muslim menyetakan bahwa Quran menunjukkan alam semesta berasal dari ‘material seperti gas’
(Surah 41:11).
Ini adalah contoh pola “bukti” yang biasa disodorkan. Tapi ide-ide mengenai alam semesta bermula sebagai sejenis ‘pusaran gas’, ada dimana-mana di seluruh ideology Persia dan Yunani.
Maka pernyataan Quran mengenai hal yang sama , sama sekali tidak mengejutkan.
Filsuf-filsuf Yunani memperkirakan banyak detail-detail sains secara benar.
Mereka mengantisipasi atom, system tata surya, evolusi, hukum thermodynamic, siklus hujan, dan itu tidak membuat mereka menjadi juru ramal supernatural.
Al Quran gagal untuk mengatakan tentang gas-gas yang spesifik, atau ada lebih dari satu (helium and hydrogen), atau hal-hal ilmiah lainnya yang bersifat spesifik, seperti mengapa dan bagaimana alam semesta berasal atau berkembang, tidak sebut mengenai hukum matematik atau ikatan-ikatan atau konstanta fisika. Oleh kerena itu Quran sama sekali tidak membuat pernyataan sains.
Alam semesta tidak dimulai sebagai sebuah gas.
Bila teori Big-Bang benar, alam semesta mulai sebelum berbagai jenis materi eksis—-ia mulai sebagai energy yang murni. Ia mengambil beberapa saat untuk terbentuknya berbagai materi, yang merupakan sebuah plasma bukan sebuah gas.
Gas datang kemudian, sesudah plasma mendingin, dan gas-gas bukan satu-satunya, banyak massa energy pada saat itu, seperti sebelumnya, terdiri atas radiasi elektromagnetik –cahaya.
Pada kenyataannya Quran gagal menyebutkan hal-hal itu atau menyebutkan berbagai informasi sains yang penting lainnya dengan tepat.
Quran hanyalah membuat pernyataan metafisis samar-samar, dan itu bukan sains.
Sebenarnya ayat-ayat Quran itu tidak mengatakan “materi yang seperti gas.”
Pada kenyataannya Quran gagal menyebutkan hal-hal itu atau menyebutkan berbagai informasi sains yang penting lainnya dengan tepat.
Quran hanyalah membuat pernyataan metafisis samar-samar, dan itu bukan sains.
Sebenarnya ayat-ayat Quran itu tidak mengatakan “materi yang seperti gas.”
Kata Arab yang digunakan adalah dukhan, “asap.”
Ini di klaim sebagai analogy yang sempurna dari gas. Itu tidak benar.
Asap dibuat dari abu, sebagian besar karbon, dan dihasilkan dari dari pembakaran (oksidasi), bukan pemadatan plasma.
Asap tidak seperti hydrogen atau helium dipanaskan, maupun mengandung unsur-unsur massanya atau kandungan yang lain, bahkan tidak memiliki banyak kandungan umum dari sebuah gas.
Dengan begitu ini adalah sebuah kata yang tidak tepat.
Bahasa Arab tidak kekurangan perbendaharaan kata untuk dengan gampang mengatakan “udara panas” atau “gas panas mengembang di dalam ruang” atau apapun yang agak relevan dengan kebenaran. Sebagai ganti, penulis Quran malah memilih kata yang paling tidak akurat, “asap.”
Bila engkau dapat mengubah arti sebuah kata sekehendak, dengan mengubah sebuah kata untuk “abu berbasis carbon” menjadi “ gas-gas dua asas,” maka engkau dapat mengubah arti kata-kata pada setiap buku manapun untuk membuktikan terori yang engkau inginkan.
Yang paling dipermasalahkan adalah kutipan yang dikutip di luar konteks, untuk menyembunyikan fakta bahwa seluruh bagian sesungguhnya dengan jelas dan bulat berkontradisksi dengan sains.
Sains dalam Quran sepenuhnya salah, dan ini membuktikan bahwa sains dalam Quran berasal dari budaya pra-modern sesuai dengan tempat dan waktunya.
Kedua fakta ini membuktikan bahwa Quran tidak mengandung prediksi ilmiah dan hanya produk imajinasi manusia saja.
Ini di klaim sebagai analogy yang sempurna dari gas. Itu tidak benar.
Asap dibuat dari abu, sebagian besar karbon, dan dihasilkan dari dari pembakaran (oksidasi), bukan pemadatan plasma.
Asap tidak seperti hydrogen atau helium dipanaskan, maupun mengandung unsur-unsur massanya atau kandungan yang lain, bahkan tidak memiliki banyak kandungan umum dari sebuah gas.
Dengan begitu ini adalah sebuah kata yang tidak tepat.
Bahasa Arab tidak kekurangan perbendaharaan kata untuk dengan gampang mengatakan “udara panas” atau “gas panas mengembang di dalam ruang” atau apapun yang agak relevan dengan kebenaran. Sebagai ganti, penulis Quran malah memilih kata yang paling tidak akurat, “asap.”
Bila engkau dapat mengubah arti sebuah kata sekehendak, dengan mengubah sebuah kata untuk “abu berbasis carbon” menjadi “ gas-gas dua asas,” maka engkau dapat mengubah arti kata-kata pada setiap buku manapun untuk membuktikan terori yang engkau inginkan.
Yang paling dipermasalahkan adalah kutipan yang dikutip di luar konteks, untuk menyembunyikan fakta bahwa seluruh bagian sesungguhnya dengan jelas dan bulat berkontradisksi dengan sains.
Sains dalam Quran sepenuhnya salah, dan ini membuktikan bahwa sains dalam Quran berasal dari budaya pra-modern sesuai dengan tempat dan waktunya.
Kedua fakta ini membuktikan bahwa Quran tidak mengandung prediksi ilmiah dan hanya produk imajinasi manusia saja.
Perhatikan kutipan di bawah ini :
QS 41 : 9-12
[9] Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa (atau hari) dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam”.
[10] Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni) nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.
[11] Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.
[12] Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya.
QS 41 : 9-12
[9] Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa (atau hari) dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam”.
[10] Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni) nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.
[11] Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.
[12] Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya.
Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Berulang-ulang Quran menyatakan Allah menciptakan segala sesuatu dalam enam hari
(dalam terjemahan al Islam diganti dengan enam masa),
sama halnya dengan yang dikatakan Bibel PL, dan di sini 6 hari dipecah menjadi 3 bagian , disusun menurut urutan waktu.
Meskipun dicoba untuk mereinterpretasi kata hari (dengan istilah masa) supaya sesuai dengan pengetahuan sains , kita kesampingkan itu dan fokus dengan apa yang tidak dapat di bantah : urutan penciptaan yang dengan jelas diberikan di atas terlihat berkontradiksi dengan fakta sains.
(dalam terjemahan al Islam diganti dengan enam masa),
sama halnya dengan yang dikatakan Bibel PL, dan di sini 6 hari dipecah menjadi 3 bagian , disusun menurut urutan waktu.
Meskipun dicoba untuk mereinterpretasi kata hari (dengan istilah masa) supaya sesuai dengan pengetahuan sains , kita kesampingkan itu dan fokus dengan apa yang tidak dapat di bantah : urutan penciptaan yang dengan jelas diberikan di atas terlihat berkontradiksi dengan fakta sains.
Ayat 41: 9
menyatakan dengan pasti bahwa bumi di ciptakan dalam “dua hari (atau masa),” dan dua hari pertama ada dalam daftar.
Ayat 41:10 menjelaskan dua hari berikutnya, menyelesaikan “empat hari “ yang pertama, dimana gunun-gunung dan tanaman di buat. Maka, kita melihat sebuah urutan sementara dengan jelas : kerena gunung-gunung dan tumbuhan tidak dapat dibuat sebelum bumi dibuat,
oleh sebab itu ayat 41:10 mengikuti 41:9 dalam urutan waktu, maka ini hanya masuk akal untuk menyimpulkan bahwa 41:11 dan 41:12 meneruskan yang sebelumnya, yang , kerena satu langit tidak dapat dipisahkan menjadi 7 langit dan menghiasinya dengan bintang-bintang sebelum berbentuk sebagai asap.
Tetapi kemudian kita melihat pada ayat 41:11 menunjukkan konteks yang tidak dapat dibantah bahwa alam semesta eksis sebagai asap pada saat dimana bumi sudah eksis, kerena Alah “naik ke atas langit waktu masih berbentuk asap” dan berbicara kepadanya dan kepada bumi.
Bumi eksis saat langit masih sebagai asap, atau kalimat ini tidak punya arti.
Maka dapat disimpulkan bahwa Quran tidak mengatakan “ bahwa alam semesta berasal” dari asap, dan tentunya tidak ada teori sains yang mengatakan bahwa ketika alam semesta dalam keadaan berbentuk gas, pada saat yang bersamaan bumi sudah terbentuk !
menyatakan dengan pasti bahwa bumi di ciptakan dalam “dua hari (atau masa),” dan dua hari pertama ada dalam daftar.
Ayat 41:10 menjelaskan dua hari berikutnya, menyelesaikan “empat hari “ yang pertama, dimana gunun-gunung dan tanaman di buat. Maka, kita melihat sebuah urutan sementara dengan jelas : kerena gunung-gunung dan tumbuhan tidak dapat dibuat sebelum bumi dibuat,
oleh sebab itu ayat 41:10 mengikuti 41:9 dalam urutan waktu, maka ini hanya masuk akal untuk menyimpulkan bahwa 41:11 dan 41:12 meneruskan yang sebelumnya, yang , kerena satu langit tidak dapat dipisahkan menjadi 7 langit dan menghiasinya dengan bintang-bintang sebelum berbentuk sebagai asap.
Tetapi kemudian kita melihat pada ayat 41:11 menunjukkan konteks yang tidak dapat dibantah bahwa alam semesta eksis sebagai asap pada saat dimana bumi sudah eksis, kerena Alah “naik ke atas langit waktu masih berbentuk asap” dan berbicara kepadanya dan kepada bumi.
Bumi eksis saat langit masih sebagai asap, atau kalimat ini tidak punya arti.
Maka dapat disimpulkan bahwa Quran tidak mengatakan “ bahwa alam semesta berasal” dari asap, dan tentunya tidak ada teori sains yang mengatakan bahwa ketika alam semesta dalam keadaan berbentuk gas, pada saat yang bersamaan bumi sudah terbentuk !
Secara sains ini tidak mungkin :
unsur-unsur yang membentuk bumi tidak eksis sampai gas-gas dipadatkan ke bintang-bintang, dan bintang-bintang meledak dan dipadatkan kembali melalui beberapa siklus, memunculkan unsur-unsur padat yang pada akhirnya memadat menjadi planet-planet mengelilingi bintang (matahari) yang baru.
Muslim biasanya mencoba menggunakan taktik untuk mengelabui dan memelintir bahasa melawan perasaan dan nalar,
mengatakan bahwa kata yang diterjemakan sebagai “kemudian,” tsumma,
mengatakan bahwa kata yang diterjemakan sebagai “kemudian,” tsumma,
dalam ayat 41:11 dan 41:12
berarti “dan juga” atau “lagipula” sehingga tidak menunjukan urutan kejadian,
berarti “dan juga” atau “lagipula” sehingga tidak menunjukan urutan kejadian,
maka ayat 41:9-12 hanyalah urutan waktu yang bersifat konsepsual .
Tetapi argument ini salah, kerena thumma faktanya dapat berarti sebuah urutan waktu “kemudian,” dan sebagai mana kita lihat konteks membuat tidak ada tafsiran lain yang secara logis memadai.
Namun di samping itu klaim bahwa alam semesta “dimulai” sebagai asap sama sekali tidak ada dalam Quran. Dengan mengabaikan sifat kronologis dalam ayat itu, muslim juga sebenarnya menolak klaimnya sendiri.
Tetapi argument ini salah, kerena thumma faktanya dapat berarti sebuah urutan waktu “kemudian,” dan sebagai mana kita lihat konteks membuat tidak ada tafsiran lain yang secara logis memadai.
Namun di samping itu klaim bahwa alam semesta “dimulai” sebagai asap sama sekali tidak ada dalam Quran. Dengan mengabaikan sifat kronologis dalam ayat itu, muslim juga sebenarnya menolak klaimnya sendiri.
Penulis Quran hanyalah mengulangi urutan kejadian yang ada dalam Bibel.
Variasinya cuman ada pada pemilihan waktu ,
Variasinya cuman ada pada pemilihan waktu ,
Kejadian menyatakan bintang-bintang diciptakan pada hari yang ke 4, sedangkan Quran pada hari yang ke lima dan ke enam, dsb, tetapi kedua konsep itu jelas berhubungan.
Lagipula, ayat 41:12 hanya mengulangi tahayul popular yang ditemukan pada dunia Yunani-Persia pada waktu itu yaitu:
Lagipula, ayat 41:12 hanya mengulangi tahayul popular yang ditemukan pada dunia Yunani-Persia pada waktu itu yaitu:
mithos 7 lapisan langit.
Tentu saja “tujuh lapis langit” adalah pandangan yang keliru mengenai susunan tata surya bahkan menyiratkan geosentrisme, kerena “ ke tujuh lapis langit biasanya digambarkan dengan tujuh “planet” yang terluhat oleh mata telanjang,
Tentu saja “tujuh lapis langit” adalah pandangan yang keliru mengenai susunan tata surya bahkan menyiratkan geosentrisme, kerena “ ke tujuh lapis langit biasanya digambarkan dengan tujuh “planet” yang terluhat oleh mata telanjang,
yaitu matahari, bulan, Mercury, Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus.
Waktu itu orang belum mengetahui adanya planet Uranus, Neptunus, atau Pluto.
___________________________
"Semoga Para Pemuda Bangsa Setanah Air ku. Dapat Segera Melihat Kebenaran Ini"
0 comments:
Post a Comment